Rabu, 20 Oktober 2010

bab 3 individu,keluarga dan masyarakat

nama Annisa octaviany
kelas 1ka26
npm 10110925
1. Mahasiswa dapat menyebutkan macam-macam fungsi keluarga..
*Teori:
Ada 5 fungsi yang dapat dijalankan keluarga menurut Effendi (1998):

1. Fungsi Biologis

Y Untuk meneruskan keturunan,
Y Memelihara dan membesarkan anak,
Y Memenuhi kebutuhan gizi keluarga, dan
Y Memelihara dan merawat anggota keluarga.

2. Fungsi Psikologis

Y Memberikan kasih sayang dan rasa aman,
Y Memberikan perhatian diantara anggota keluarga,
Y Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, dan
Y Memberikan identitas keluarga.

3. Fungsi Sosialisasi

Y Membina sosialisasi pada anak,
Y Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan
Y Meneruskan nilai-nilai budaya.


4. Fungsi Ekonomi

Y Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
Y Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Y Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang


5. Fungsi Pendidikan

Y Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan membentuk perilaku anak dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
Y Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang, dan
Y Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

*Study Kasus
Lingkungan Keluarga yang Mempengaruhi

Motivasi Belajar

Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang berpengaruh terhadap perilaku dalam perkembangan anak. Tujuan pendidikan secara universal adalah agar anak menjadi mandiri, bukan hanya dapat mencari nafkahnya sendiri, tapi juga bisa mengarahkan dirinya pada keputusannya sendiri untuk mengembangkan semua kemampuan fisik, mental, sosial dan emosional yang dimilikinya, sehingga dapat mengembangkan suatu kehidupan yang sehat dan produkif.

Motivasi belajar adalah sesuatu yang diperoleh dan dibentuk oleh lingkungan, serta merupakan landasan esensial yang mendorong manusia untuk tumbuh, berkembang, dan maju dalam mencapai sesuatu yang diinginkan. Fungsi – fungsi dasar seperti kehidupan nalar (rasio), kehidupan perasaan, keterampilan psikomotorik maupun intuisinya, yaitu suatu kondisi kesadaran yang dilandasi ketidaksadarannya. Penyatuan fungsi- fungsi tersebut akan menumbuhkan kemampuan kreatif anak untuk menempuh hidup dengan kemampuan motivasi yang terarah.


Untuk itu dalam lingkungan rumah harus diciptakan kondisi yang kondusif bagi anak, yaitu suatu suasana yang demokratis yang terbuka, saling menyayangi, dan saling memercayai. Komunikasi dua arah antara orang tua dan anak sangat penting dibangun bagi perkembangan anak. Dengan landasan inilah anak akan berkembang menjadi pribadi yang harmonis, yaitu anak lebih peka terhadap kebutuhan dan tuntutan lingkungan, dan lebih sadar akan tujuan hidupnya, sehingga menjadi lebih termotivasi dan lebih yakin dalam mencapai tujuan yang diinginkan.


Sarana belajar juga dianggap sebagai salah satu prasyarat motivasi belajar, meskipun bukan menjadi suatu ukuran mutlak untuk perwujudan peningkatan motivasi belajar. Tentu saja, sarana fisik dapat berguna bagi peningkatan motivasi belajar, apabila dimanfaatkan secara efektif.


Suatu lingkungan keluarga baru dapat dikatakan berusaha memenuhi tuntutan motivasi belajar, apabila keluarga tersebut dapat mengadakan lingkungan yang kaya stimulasi mental dan intelektual, dengan mengusahakan suatu suasana dan sarana belajar yang memberikan kesempatan kepada anak secara spontan dapat menyatakan dan memerhatikan diri terhadap berbagai kejadian di dalam lingkungannya.

*Opini:

Menurut saya, keluarga memang sangat penting karena tanpa adanya keluarga tidak ada yang dapat memotivasi anak agar lebih maju.


2. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian keluarga

*Teori

a. Keluarga menurut Duvall & Logan (1986)
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta social dari tiap anggota keluarga.


b. Keluarga menurut Bailon & Maglaya (1978)
Keluarga adalah 2 atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peranan masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.


c. Keluarga menurut Depkes RI
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

*Study Kasus
Underachievement

Pengertian


Underachievement (menurut Westminster Institute of Education) dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan atau kegagalan untuk menampilkan tingkah laku atau prestasi sesuai dengan usia atau bakat yang dimilikinya, dengan kata lain, potensi yang tidak terpenuhi (unfulfilled potentials).


Karakteristik underachievers
Menurut Rimm (1986), anak yang underachieve atau seorang underachiever, mungkin saja merupakan anak yang kreatif, sangat verbal dan memiliki kemampuan matematis yang sangat tinggi, meskipun begitu dengan bakat yang mereka miliki, mereka tidak sukses di sekolahnya. Underachiever hadir di setiap kelas dan berada dalam banyak keluarga. Mereka menyia-nyiakan sumber pendidikan, mencobai kesabaran para guru, dan memanipulasi keluarga mereka untuk melakukan yang mereka inginkan. Underachievers tidak tergolong ke dalam satu golongan atau memiliki karakteristik yang sama.


Underachievement muncul dalam bentuk yang luas dan beragam. Rimm (1986), menyatakan underachievers cenderung untuk tidak teratur dan terorganisir. Mereka memiliki kemampuan belajar yang kurang baik. Mereka menganggap diri mereka telah belajar jika mereka telah mebaca bahan pelajaran secara sekilas. Beberapa di antara mereka lambat dalam mengerjakan tugas dan perfeksionis. Atau sebaliknya, ada underachiever yang sangat cepat dalm mengerjakan tugas-tugasnya tapi mereka tidak peduli dengan kualitas tugas yang mereka kerjakan tersebut.

Beberapa underachievers adalah penyendiri dan menarik diri dari keramaian. Mereka tampak tidak menginginkan teman. Underachievers lainnya mungkin mungkin terlihat angkuh dan mudah marah, agresif dan terkadang memulai perkelahian ketika mereka masih berada di taman kanak-kanak. Jika underachievers menunjukkan minat terhadap sekolah maka hal tersebut berkaitan dengan kehidupan sosial ataupun olahraga. Mereka akan memilih satu mata pelajaran disuka atau pelajaran yang diajar oleh guru yang mereka suka. Underachievers yang kreatif mungkin memiliki banyak ide tapi jarang sekali merealisasikan ide mereka menjadi kenyataan. Mereka jarang menyelesaikan pekerjaan yang mereka mulai.

Hampir semua underachievers bersifat manipulatif terhadap lingkungannya. Secara terselubung, mereka dapat memanipulasi orangtua mereka untuk mengerjakan pekerjaan rumah mereka, atau guru untuk lebih membantu mereka atau memberikan tugas yang tidak terlalu menantang. Mereka menganggap sekolah itu membosankan atau tidak relevan. Jika prestasi mereka tidak baik, mereka menyalahkan guru mereka yang payah dalam mengajar. Mereka kadangkala mengklaim bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan hasil atau prestasi yang lebih baik dan tidak yakin apakah mereka akan berhasil jika mereka bekerja lebih keras dari sekarang.


Rimm (1986) juga menyatakan bahwa underachiever tidak dapat membangun kepercayaan diri yang kuat karena mereka tidak memahami inti dari bekerja keras. Menurut Rimm, kepercayaan diri dapat dibangun dengan menerima dan menaklukan setiap tantangan. Dan dari pencapaian yang aktuallah seorang anak dapat membangun kepercayaan diri yang kuat. Underachiever menolak diri mereka sendiri kesempatan untuk membangun kepercayaan diri yang kuat karena mereka tidak mengalami hubungan antara proses dan hasil, antara usaha dan pencapaian. Jika siklus underachieve ini terus berlanjut, anak akan terus mengalami perasaan semakin tidak mampu. Ketakutan terhadap kegagalan meningkat, dan sense of efficacy mereka menurun.


Montgomery (dalam Westminster Institute of Education) menyatakan seorang anak yang underfunctioning bila lima dari indikator yang ada di bawah ini muncul, :
1. Adanya pola yang tidak konsisten pada pencapaian dalam tugas-tugas sekolah
2. Adanya pola yang tidak konsisten pada pencapaian pada mata pelajaran tertentu
3. Adanya ketidakcocokan antara kemampuan dan pencapaian, di mana kemampuan yang dimiliki itu lebih tinggi
4. Konsentrasi yang kurang
5. Suka bengong atau mengkhayal di dalam kelas.
6. Terlalu banyak melawak di dalam kelas dan selalu mempunyai strategi untuk menghindari pengerjaan tugas sekolah.
7. Kemampuan belajar yang rendah.
8. Kebiasaan belajar yang tidak baik.
9. Sering menghindar dan tidak menyelesaikan tugas-tugas sekolah
10. Menolak untuk menuliskan apapun
11. Terlalu banyak aktifitas dan gelisah atau tidak bisa diam.
12. Terlalu kasar dan agresif atau terlalu submisif dan kaku dalam bergaul.
13. Adanya ketidakmampuan untuk membentuk dan mempertahankan hubungan sosial dengan teman sebaya.
14. Adanya ketidakmampuan untuk menghadapi kegagalan
15. Adanya ketakutan dan menghindar dari kesuksesan.
16. Kurang mampu untuk mengali insigjt tentang diri dan orang lain.
17. Kemampuan berbahasa yang rendah.
18. Terus berbicara dan selalu menghindar untuk mengerjakan sesuatu.
19. Merupakan bagian dari kelompok minoritas

Penyebab
Anak dapat belajar untuk underachieve ketika mereka masih pada tahap early childhood. Mereka belajar dari orang tua, kakek, nenek, saudara kandung, pengasuh anak, atau orang yang mereka anggap penting yang memberikan pengaruh terhadap lingkungan anak. Tingkah laku underachievement yang muncul ketika anak masih kecil belum dianggap sebagai masalah ketika itu, namun akan memberikan dampak yang cukup besar ketika anak beranjak dewasa. Rimm menyatakan bahwa penyebab underachievement dapat terjadi ketika anak masih berada di lingkungan prasekolah. Rimm membagi penyebab ini ke dalam lima kategori: Anak yang terlalu dimanja, Masalah kesehatan sejak kecil, kombinasi saudara tertentu, masalah pernikahan tertentu, dan giftedness (keberbakatan).
Menurut Rimm (1986) perhatian yang berlebihan merupakan tanda bagi anak untuk menjadi underachieve atau memiliki permasalahan emosional di masa mendatang. Ketika orangtua menjadi overprotective terhadap anak, maka anak yang dapat memperoleh sesuatu tanpa usahanya sendiri akan menjadi anak yang tidak memiliki inisiatif dan sulit membangun kepercayaan diri.
Masalah kesehatan yang dialami oleh anak ketika mereka masih kecil, seperti asma, alergi, atau cacat mental atau fisik dapat menimbulkan suatu hubungan yang unik antara anak dan orangtua (terutama ibu). Masalah kesehatan ini dapat membuat anak menuntut dipenuhi kebutuhannya oleh orangtua. Jika orangtua terus memenuhi kebutuhan anak secara berlebih, maka anak akan cenderung menjadi seorang yang penuntut, pemberontak, ketergantungan atau bertindak di luar control orangtuanya, sehingga anak tidak dapat membangun kepercayaan yang kuat terhadap dirinya.
Urutan kelahiran dan rivalitas antar saudara (sibling rivalry) mempengaruhi semua anak, Menurut Rimm (1986), terdapat kombinasi saudara tertentu yang mengarahkan anak menuju underachievement. Alasan dari pernyataan tersebut adalah bahwa kombinasi saudara tertentu membuat persaingan lebih kompetitif dari biasanya, dan bahwa akan ada satu orang anak yang tidak diuntungkan dari persaingan ini. Kombinasi yang tampaknya sulit diatasi oleh orang tua adalah saudara dengan umur berdekatan dan jenis kelamin sama; adik yang sangat berbakat (extremely gifted); anak termuda dari keluarga besar di mana saudara yang lainnya jauh lebih tua; dan saudara dari anak yang memiliki permasalahan fisik atau mental. Standar tinggi ditetapkan pada anak (terutama adik) di mana mereka dianggap harus meraih level sukses yang sama dengan saudaranya untuk disetarakan dengan saudaranya. Dan jika anak menganggap diri mereka tidak akan meraih sukses seperti saudaranya, mereka akan menjalani jalan yang berbeda dibandingkan dengan saudaranya dalam rangka meraih perhatian. Dalam beberapa kasus, anak akan menunjukkan pencapaian yang rendah dalam rangka mencari perhatian orangtua.
Permasalahan perkawinan tertentu, seperti pada perceraian di awal masa perkawinan menciptakan situasi di mana anak akan membentuk suatu hubungan one-to-one yang khusus dengan salah satu orang tua. Di masa rapuh itu, orang tua yang merasa bahwa anak adalah tujuan hidup mereka adalah untuk membesarkan anaknya akan cenderung memenuhi semua kebutuhan anak dan mencegah anak untuk mengambil inisiatif. Kemungkinan lain, orang tua akan memperlakukan anak seperti pasangannya di mana akhirnya anak diberi terlalu banyak kekuasaan. Anak belajar untuk berharap terdap kekuasaan ini dan bertingkah laku tidak menyesuaikan terhadap kebutuhan teman-teman atau sekolah yang harus dipenuhi.
Menurut Rimm (1986) anak berbakat sangat rawan terhadap underachievement. Pengalaman awal sekolah anak berbakat ini jika tidak dipenuhi oleh nonlearning, karena tugas tipikal di sekolah tidak menantang, maka dipenuhi oleh orang tua, guru, atau kepala sekolah yang membuatkan program individu khusus untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jika hal pertama yang terjadi, maka inisiatif anak tidak akan berkembang karena mereka menganggap lingkungan akademis membosankan,. Jika hal kedua yang terjadi, maka mereka akan menjadi mudah tersanjung karena mereka percaya bahwa bakat yang mereka miliki sangat luar biasa sehingga mereka dapat mengubah sistem yang dibuat oleh orang dewasa sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebagai tambahan, resiko bagi anak berbakat untuk mengalami underachievement datang baik dari kecanduan terhadap perhatian dan kekuasaan yang terlalu banyak. Mereka belajar untuk berharap terhadap pujian bertubi-tubi dan kebebasan pilihan dalam pendidikan mereka yang disebabakan oleh kecerdasan yang mereka miliki.
Penelitian yang dilakukan oleh McClelland, Yewchuk dan Mulcahy (dalam Westminster Institute of Education), ternyata terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi performa underachiever. Faktor yang pertama adalah faktor emosi dan motivasi, dan factor yang kedua adalah factor yang berhubungan dengan strategi pembelajaran. McClelland dan kawan-kawan percaya bahwa kedua faktor utama ini dapat menghambat performa para underachiever.
Faktor emosional dan motivasi:
1. Anak mungkin tidak sadar akan potensi yang mereka miliki. Mereka mungkin kurang mengenal diri mereka sendiri dan orang lain (ButlerPor)
2. Sang anak mungkin mempunyai harapan yang terlalu kecil dan sempit atau terlalu rendah bagi dirinya (Montgomery & ButlerPor) factor ini dapat bermanifestasi menjadi ketidakjelasan dalam cita-cita pribadi dan nilai-nilai pribadi.
3. Anak mungkin memiliki perasaan tidak mampu dan self-esteem yang rendah.
4. Anak mungkin mengalami insiden yang kuat berhubungan dengan kesulitan emosional (Kellmer Pringle) dan mungkin rentan terhadap depresi dan kecemasan (ButlerPor)
5. Anak mungkin tidak termotivasi untuk berhasil di sekolah, meskipun konsep dirinya tinggi (Montgomery)
6. Adanya ketakutan pada anak akan kegagalan (Montgomery)
7. Adanya ketakutan pada anak akan kesuksesan (Montgomery)
8. Mungkin anak mempunyai kebiasaan untuk menyalahkan orang lain dan perubahan (Montgomery).
Underachievement lebih sering terlihat pada anak laki-laki dan dapat terjadi pada anak-anak yang punya masalah di sekolah dan/atau rumah, anak-anak yang memiliki kepercayaan diri yang rendah, merupakan anggota dari kelompok minoritas yang telah menjadi streotipe (berasal dari ekonomi rendah, kulit berwarna) dan pada anak-anak dengan tergolong gifted atau berbakat (Westminster Institute of Education). Underachievement dapat terlihat pada siswa dari beragam tingkat, yaitu dari tingkat SD sampai perguruan tinggi.

*Opini:
Menurut saya perlu sekali adanya motivasi dari keluarga untuk membentuk suatu kepribadian dan tingkah laku anggota keluarganya.

bab 4 pemuda dan sosialisasi

nama annisa octaviany
kelas 1ka26
npm 10110925
1.  Mahasiswa dapat menjelaskan peranan social mahasiswa dan pemuda di masyarakat.
*Teori
Peranan Pemuda Dalam Pembangunan Masyarakat ,Bangsa dan Negara Dalam hubungannya dengan sosialisasi geenerasi muda khususnya mahasiswa telah melaksanakan proses sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh untuk generasi muda, mahasiswa pada khususnya pada saat ini.
Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan pengorbanan yang tinggi. Oleh karena segera setelah proklamasi pemuda Indonesia membentuk organisasi yang bersifat politik maupun militer, diantaranya KAMI(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang didirikan oleh mahasiswa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
KAMI menjadi pelopor pemdobrak kearah kehidupan baru yang kemudian dikenal dengan nama orde baru (ORBA). Barang siapa menguasai generasi muda, berarti menguasai masa depan suatu bangsa, demikian bunyi suatu pepatah. Berarti masa depan suatu bangsa itu terletak ditangan generasi muda.
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai : a. agent of change b. agent of development c. agent of modernizatiom
Sebagai agent of change, mahasiswa bertugas untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam masyarakat kearah perubahan yang lebih baik. Sedangkan agent of development, mahasiswa bertugas untuk melancarkan pembangunan di segala bidang, baik yang bersifat fisik maupun non fisik.Sebagai agent of modernization, mahasiswa bertugas dan bertindak sebagai pelopor dalam pembaharuan.
 
*Study Kasus
Peranan Sosial Mahasiswa dan Pemuda di Masayrakat
Pada masa 1990 sampai 2000 an demonstrasi masih marak di berbagai tempat. Pada masa itu mahasiswa dan pemuda menyebutkan dirinya sebagai Gerakan Moral. Sedangkan pada mahasiswa yang lain gerakan mahasiswa menyebutkan dirinya sebagai gerakan Politik.
Mahasiswa menjadi pecah dan terkadang pragmatis. Tidak menjadi rahasia umum lagi mahasiswa dibayar untuk berdemonstrasi. Sebelum terlalu jauh meneropong peranan mahasiswa di luar kampus– walaupun klise– sebaiknya kita mesti ingat bahwa tugas utama mahasiswa dan pemuda adalah belajar di sekolah/kampus.
Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga yang lainnnya di masyarakat. Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan menempuh kehidupan yang relatif sama dengan warga yang lain.
Bisakah mahasiswa beranjak menuju gerakan pemikiran dan gerakan transformasi? Mari kita coba dan berjuang!! Dasar Pemikiran neoliberalisme “pasar adalah tuan dan negara adalah pelayan” salah satu contoh yang paling baru mengenai kekalahan negara/pemerintah terhadap pasar adalah harga minyak yang naik. Paradigma pasar menguhah cara berpikir dan persepsi masyarakat. Dominasi kapitalisme memutarbalikkan hubungan antara masyarakat (sosial) dan Pasar (ekonomi) (Polanyi, 1957).
Pada awal beroperasinya kapitalisme, pasar merupakan bagian dari masyarakat. Operasionaliasi norma-norma pasar berakar dan dibatasi norma sosial, kultural, dan politik. Masyarakat merupakan pemegang kunci dalam hubungan sosial dan ekconomi. Tapi ketika kapitalisme mendominasi, keberadaan pasar telah berbalik 180 derajat, masyarakatlah yang menjadi bagian dari pasar. kehidupan sehari-hari pun direduksi menjadi bisnis dan pasar. Dampak langsung yang bisa dirasakan semenjak kenaikan BBM tahun 2005 antara lain terjadi inflasi, daya beli masyarakat menurun, kesehatan masyarakat menurun (kekurangan gizi), angka anak putus sekolah (drop out), angka kematian anak, pengangguran dan kemiskinan meningkat, sehingga munculnya kerentanan sosial.
Keadaan di atas dapat mengakibatkan kemungkinan terjadinya generasi yang hilang (the lost generation) ungkapan yang telah nyaris menjadi klise, jika persoalan anak dan orang muda tidak dapat diatasi dengan baik khususnya di sektor Gizi dan kesehatan serta pendidikan, maka kita akan kehilangan sebuah generasi, yang menjadi pertanyaan apakah benar bahwasanya satu generasi yang akan hilang ? kehilangan generasi mempunyai implikasi yang luas mereka mungkin tidak akan mampu menyisakan pendapatannya untuk memperbaiki kesejahteraanya sendiri hingga lingkaran setan pun terjadi karena Gizi yang rendah, prestasi sekolah yang pas-pasan, kemungkinan anak akan drop- out dan harus mempertahan kan hidup dan pengangguran. Secara tak sadar namun perlahan tapi pasti, para generasi muda dihinggapi dengan idiologi baru dan perilaku umum yang mendidik mereka menjadi bermental instan dan bermental bos. Pemuda menjadi malas bekerja dan malas mengatasi kesulitan, hambatan dan proses pembelajaran tidak diutamakan sehingga etos kerja jadi lemah.
Sarana tempat hiburan tumbuh pesat bak “jamur di musim hujan” arena billyard, playstation, atau arena hiburan ketangkasan lainnya, hanyalah tempat bagi anak-anak dan generasi muda membuang waktu secara percuma karena menarik perhatian dan waktu mereka yang semestinya diisi dengan lebih banyak untuk belajar, membaca buku di perpustakaan, berorganisasi atau mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih positif.
Peran pemuda yang seperti ini adalah peran sebagai konsumen saja, pemuda dan mahasiswa berperan sebagai “penikmat” bukan yang berkontemplasi (pencipta karya). Dapat ditambahkan disini persoalan NARKOBA yang dominan terjadi di kalangan generasi muda yang memunculkan kehancuran besar bagi bangsa Indonesia.
Sudah 60 tahun lebih bangsa Indonesia merdeka, sistem pendidikan telah dibaharui agar mampu menjawab berbagai perubahan diseputaran kehidupan umat manusia. Tetapi selesai kuliah barisan penganggur berderet-deret. Para penganggur dan setengah penganggur yang tinggi merupakan pemborosan-pemborosan sumber daya, mereka menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan yang dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal dan penghambat pembangunan dalam jangka panjang.
 
*Opini
Menurut saya, memang Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Karena itu, kita sebagai mahasiswa yang menjadi panutan masyarakat harusnya dapat menjaga diri dari pergaulan bebas,memakai narkoba,dan menjaga nama baik diri sendiri.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan pola dasar pembinaan pengembangan generasi muda.  
*Teori  Pembinaan generasi muda pada umumnya bertalian erat baik dengan usaha-usaha pendidikan sekolah (pendidikan for-mil) maupun dengan kegiatan pendidikan luar sekolah (non- formil). Pengembangan kehidupan berorganisasi di kalangan generasi muda dilakukan dalam lingkungan sekolah dan kampus begitu pula di kalangan masyarakat luas (dalam kepramukaan ataupun organisasi kepemudaan lainnya).
Kebijaksanaan pengembangan generasi muda dilakukan secara terkoordinasi, terarah, integral dan komprehensif. Hal  ini berarti bahwa antara satu organisasi/lembaga dengan orga­nisasi/lembaga lainnya dibina hubungan saling mengisi dan sa­ling membantu dalam rangka meningkatkan integrasi pemuda dalam pelaksanaan program-program pembangunan serta parti­sipasinya dalam proses pembangunan pada umumnya.
 
*Study kasus
 
PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DALAM PENINGKATAN MUTU PERGURUAN TINGGI
Pendahuluan Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kemajuan manusia. Kegiatan ini pada dasarnya melibatkan beberapa pihak diantaranya untuk perguruan tingggi yaitu: pendidik (Dosen) dan peserta didik
(Mahasiswa). Keterlibatan pihak tersebut merupakan keterlibatan hubungan antar manusia (human interaction) yang mempunyai potensi masing-masing sebagai aset nasional sekaligus modal dasar pembangunan bangsa.Potensi yang
ada tersebut harus dapat dikembangkan serta dipupuk secara efektif melalui strategi pendidikan dan pembelajaran yang terarah serta terpadu, yang dikelola secara serasi dan seimbang. Oleh karena itu, strategi pendidikan perlu secara khusus memperhatikan pengembangan potensi intelektual maupun bakat khusus yang bersifat keterampilan termasuk soft skills
Konsep soft skills sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep kecerdasan emosional. Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan tekhnis dan akademis dan sudah dibangun sejak kecil (didikan lingkungan dan keluarga) yang lebih mengutamakan keterampilan intra dan interpersonal, yaitu keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri yang mampu mengembangkan produktifitas kerja secara maksimal. Selama ini pemberian soft skill untuk beberapa perguruan tinggi sering terabaikan. Sebagai bahan kajian, kami memberikan sebuah contoh kecil yang dihadapi dosen dan mahasiswa sehari-hari di sebuah perguruan tinggi di Kota A, dimana perguruan tinggi tersebut didominasi oleh mahasiswa yang sudah bekerja (90%).
Umumnya tujuan mahasiswa kuliah hanya mencari ijazah sebagai penunjang karir ke depan. Hal ini dapat dilihat dari mahasiswanya yang tidak tepat waktu masuk perkuliahaan dengan alasan kerja dan di tambah dengan opini mahasiswa ketika memilih untuk masuk perguruan tinggi sebagai pilihan ke dua untuk penunjang karir. Ironisnya beberapa dosenpun ikut “mengamini“ keterlambatan mahasiswa tersebut yang akhirnya dosenpun jadi terlambat masuk kuliah. Ketika awal-awal dosen memasuki ruangan ternyata mahasiswa tidak ada dan ini terulang untuk beberapa
kali pertemuan sehingga dosen menjadi jenuh, kemudian kebiasaan mahasiswa menyontek ketika ujian berlangsung, masih terbatasnya kemampuan mahasiswa dalam mengungkap ide atau gagasan-gagasan mereka, kurangnya
keinginan atau motivsi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan kemahasiswaan.
Dari dosen sendiripun juga belum mendukung pengembangan soft skills, dan ini dapat dilihat dari keterlambatan dosen dalam perkuliahaan, belum seriusnya dosen dalam pengecekan tugas mahasiswa dan adanya kesan dari dosen bahwa etika dan moral adalah tugasnya dosen yang mengajarkan mata kuliah agama, pancasila, kewarganegaraan, dan sebagainya. Jika masalah
kecil yang ditemui sehari-hari dalam perkuliahaan ini dibiarkan berlarut, maka akan menjadi masalah yang besar yang pada akhirnya akan menjadi suatu budaya yang buruk bagi kelangsungan dunia pendidikan. Padahal diketahui bahwa masalah diatas termasuk soft skill yang akan berpengaruh besar terhadap mahasiswa dan dosen kedepan karena dari hasil penelitian psikologi sosial menunjukkan bahwa orang-orang yang sukses di dunia, 82 % ditentukan oleh soft skills, keterampilan emosional dan sejenisnya. Di perguruan tinggi, dosen adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk mendiseminasikan soft skill pada para mahasiswa, dosen harus bisa menjadi living example. Dari mulai dating tepat waktu, pemberian metode pembelajaran, mengoreksi tugas, penanaman etika, penampilan menarik dan
sebagainya. Dosen juga harus bisa melatih mahasiswa supaya asertif, supaya berani membicarakan ide. Begitu juga dari kalangan mahasiswa yang tidak hanya pintar akademik tetapi juga disiplin, beretika, dan sebagainya. Untuk itu dalam rangka mengoptimalkan pengembangan soft skill terutama diperguruan tinggi yang didominasi pekerja perlu dilakukan beberapa upaya nyata, di antaranya: pertama, penyusunan program pengembangan soft skill secara sistematis, yang termuat dalam buku pedoman peraturan perguruan tinggi yang bersangkutan, dalam proses pembelajaran, metode pembelajaran, kurikulum pendidikan, kedua, diadakannya kebijakan yang melegalisasi
pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan yang berbasis soft skill. Pengalaman penulis memang berbeda ketika mengajar mahasiswa yang mayoritas bekerja dengan mahasiswa yang tidak bekerja. Persoalan pertama adalah merubah atau memperbaiki niat awal dari mahasiswa pekerja tentang tujuan kuliah yang disampaikan ketika kontrak perkuliahaan diawal pertemuan tatap muka dan secara kontinyu dosen wajib “menyelipkan” nilai moral dalam
perkuliahaan. Hal ini penulis ungkapkan karena berpengaruh terhadap disiplin dan kejujuran mahasiswa. Sering alasan mahasiswa terlambat karena pekerjaan. Adanya perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (learner centered) diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Pembelajaran inovatif memiliki keragaman model pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari mahasiswa.
Metode-metode tersebut diantaranya adalah: (a). Berbagi informasi (Information Sharing) dengan cara curah gagasan (brainstorming), kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok (group discussion), diskusi panel (panel discussion), simposium, dan seminar; (b). Belajar dari pengalaman (experience based) dengan cara simulasi, bermain peran (roleplay), permainan (game), dan kelompok temu; (c). Pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem solving based) dengan cara studi kasus, tutorial, dan lokakarya. Melalui proses pembelajaran dengan
keterlibatan aktif mahasiswa, ini berarti dosen tidak mengambil hak mereka untuk belajar dalam arti yang sesungguhnya.
*Opini Menurut saya adanya soft skill sangat membantu dosen dalam memberikan pembelajaran bagi mahasiswanya tanpa harus bertatap muka secara langsung,mempersingkat waktu dan membantu menggurangi global warming karena mahasiswa tidak perlu memakai kertas lagi.

Selasa, 05 Oktober 2010

Penduduk,Masyarakat, dan Kebudayaan

Nama : Annisa octaviany
Kelas  : 1ka26
Npm  : 10110925
BAB 2

Penduduk, Masyarakat & Kebudayaan

1. Mahasiswa dapat menjelaskan dinamika penduduk

          *Teori:

Pengertian dinamika penduduk sendiri mencakup perubahan jumlah, struktur dan persebaran penduduk yang diakibatkan oleh variable fertilitas, mortalitas, morbiditas, dan migrasi.

*Study Kasus

Dinamika Penduduk dan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kebijakan kependudukan dan program pembangunan sosial dan ekonomi yang dilaksanakan Indonesia selama tiga dekade yang lalu telah berhasil  menurunkan angka kelahiran dan kematian sehingga mampu menghambat laju pertumbuhan penduduk dari 2,3% pada periode 1971-1980 menjadi 1,4% per tahun pada periode 1990-2000. Walaupun demikian, jumlah penduduk Indonesia masih akan terus bertambah. Di daerah yang pertumbuhan penduduknya telah menurun, terjadi perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan penurunan proporsi anak-anak usia di bawah 15 tahun disertai dengan peningkatan pesat proporsi penduduk usia kerja dan  peningkatan proporsi penduduk usia lanjut (lansia) secara perlahan.
Sedangkan di daerah yang tingkat pertumbuhan penduduknya masih tinggi, proporsi penduduk usia 0-14 tahun masih besar sehingga memerlukan investasi  sosial dan ekonomi yang besar pula untuk penyediaan sarana tumbuh kembang, termasuk pendidikan dan kesehatan. 
Daerah yang berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk menghadapi tantangan baru dimana peningkatan yang pesat dari proporsi penduduk usia kerja akan berdampak pada tuntutan perluasan kesempatan kerja. Disamping itu telah terjadi pergeseran permintaan tenaga kerja dengan penguasaan teknologi dan  matematika, yang mampu berkomunikasi, serta mempunyai daya saing tinggi di era globalisasi.  Kesemuanya ini  berkaitan dengan program bagaimana menyiapkan calon pekerja agar mempunyai kualitas tinggi,  dengan ketrampilan yang memadai.
Pertumbuhan penduduk, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah, dan sempitnya kesempatan kerja  merupakan akar permasalahan kemiskinan. Jadi aspek demografis mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan yang dihadapi di Indonesia pada saat ini. Daerah miskin sering ditinggalkan penduduknya untuk bermigrasi ke tempat lain dengan alasan mencari kerja. Mereka dapat berpindah secara permanen, menjadi migran ulang-alik, menjadi migran sirkuler yakni bekerja di tempat lain dan pulang ke rumahnya sekali dalam beberapa minggu atau beberapa bulan, atau menjadi migran musiman, misalnya bekerja di kota setelah musim tanam dan musim panen.
Kemiskinan berkaitan erat dengan kemampuan mengakses pelayanan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan gizi dan kalori. Dengan demikian penyakit masyarakat umumnya berkaitan dengan penyakit menular, seperti diare, penyakit lever, dan TBC. Selain itu, masyarakat juga menderita penyakit kekurangan gizi termasuk busung lapar, anemi terutama pada bayi, anak-anak, dan ibu hamil. Kematian bayi adalah konsekuensi dari penyakit yang ditimbulkan karena kemiskinan ini (kekurangan gizi menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi).
Keluarga mempunyai tanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar anggotanya seperti pendidikan, kesehatan, dan lingkungan hidup. Oleh karenanya diperlukan pemberdayaan keluarga terutama melalui peningkatan akses terhadap informasi tentang permasalahan ini.

Saat ini setiap tahunnya terjadi kelahiran sekitar 4,5 juta bayi. Bayi-bayi ini akan berkembang dan mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan peningkatan usianya.
 Pada saat ini dari 100 persen anak-anak yang masuk sekolah dasar, 50% diantaranya tidak dapat melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi setelah lulus SMP.  Mereka akan putus sekolah dan menuntut pekerjaan padahal tidak mempunyai ketrampilan yang memadai. Sempitnya lapangan kerja membuat para pemuda-pemudi putus sekolah menciptakan pekerjaannya sendiri di sektor informal

          *Opini:
Pertumbuhan penduduk berkaitan dengan kemiskinan dan  kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen demografi seperti fertilitas, mortalitas, morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan, dan aspek keluarga dan rumah tangga akan membantu para penentu kebijakan dan perencana program untuk dapat  mengembangkan program pembangunan kependudukan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tepat sasaran.

2. Mahasiswa dapat menyebutkan 3 piramid penduduk
          *Teori:
 1) Piramida penduduk muda berbentuk limas
 3) Piramida penduduk tua berbentuk batu nisan
 2) Piramida penduduk stasioner atau tetap berbentuk granat

          *Study Kasus

Jumlah Penduduk Indonesia Naik, Beban Negara Bertambah Berat

Jakarta. Pelita
Jumlah penduduk Indonesia hasil sementara olah cepat Sensus Penduduk 2010 mencatat 237.556.363 orang yang terdiri dari" 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Jumlah ini akan bertambah menjadi sekitar 240 juta jiwa, jika pengumpulan data dilakukan hingga akhir tahun.
Mantan Kepala BKKBN Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, lugas BKKBN saat ini sebagai Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menjadi lebih berat karena garapannya bukan saja masalah) KB tetapi Iebih luas mencakup semua masalah penduduk.
"Kita harus waspada terhadap jumlah pasangan usia subur yang meningkat, dua sampai tiga kali lebih besar dibandingkan era 1970-an."kata Haryono disela-sela Rapat * Evaluasi Program KB Nasional di Kantor BKKBN Jakarta. Rabu (26/8).
Hal lain yang perlu diwaspadai menurut Haryono dan Ketua Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Dr Sonny H, provinsi besar seperti Banten. Jawa Barat, Lampung, dan Sumatera Utara yang pertumbuhan penduduknya dipengaruhi berkembangnya industrialisasi dan perdagangan yang menarik minat penduduk muda dari wilayah lain, tetapi fertilitashya ;(TFR) tinggi.
Struktur penduduk muda tersebut rawan d*ifaj,per tambahan alamiah dengan tingkat kelahiran yang tinggi. atau rata-rata memiliki TFR naik dari 2.3 menjadi 2,6 anak seperti disebutkan dalam Survey Kesehatan dan Demografi Indonesia (SDKI) 2007.
Ketua LDFE UI Dr Sonny mengatakan, program KB ha-rus lebih digalakkan kembali Jika nantinya negara mempunyai beban ganda (double burden). "Banyangkan tahun 2050 jumlah lansia di Indonesia bisa mencapai 80juta. Jika angka kelahirannya tinggi, maka kita akan mempunyai beban ganda. Yang tua dan yang muda sama-sama membutuhkan biaya." Ujarnya.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr dr Sugiri Syarief. MPA. mengamini komentar-komentar itu. "Oleh karenanya, kita harus bekerja keras. BKKBN bersama mitra-mitra kerja harus terus bekerja keras dan membuat inovasi-inovasi." ujarnya.
Dicontohkan, saat ini BKKBN telah mengembangkan "Genre" (generasi berencana). Artinya, para remaja diberi bekal dalam merencanakan kehidupannya. "Mengatur kapan dia akan menikah, kapan akan punya anak, dan mengatur jarak kelahirannya. Semua itu untuk menyiapkan keluarga sejahtera." kata Sugiri, (dew)
          *Opini:
Daerah Jawa Barat, Lampung, dan Sumatera Utara yang pertumbuhan penduduknya dipengaruhi berkembangnya industrialisasi dan perdagangan yang menarik minat penduduk muda dari wilayah lain, tetapi fertilitashya tinggi.


3. 3.Mahasiswa dapat menjelaskan pyramid penduduk muda, penduduk tua, dan penduduk stasioner

          *Teori:
1)  Piramida penduduk muda berbentuk limas
Piramida ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda lebih besar dibanding usia dewasa. Di waktu yang akan datang jumlah penduduk bertambah lebih banyak. Jadi penduduk sedang mengalami pertumbuhan.
2)            Piramida penduduk stasioner atau tetap berbentuk granat
Bentuk ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda seimbang dengan usia dewasa. Hal ini berarti penduduk dalam keadaan stasioner sehingga pertambahan penduduk akan tetap diwaktu yang akan datang.
3)           Piramida penduduk tua berbentuk batu nisan
Piramida bentuk ini menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih sedikit bila dibandingkan dengan usia dewasa. Diwaktu yang akan datang jumlah penduduk mengalami penurunan karena tingkat kelahiran yang rendah dan kematian yang tinggi

*Study Kasus

Masalah- Masalah Yang Timbul Akibat Ledakan Penduduk antara lain:
  • Persaingan lapangan pekerjaan
Di negara yang memiliki pertumbuhan penduduk tinggi akan semakin banyak orang yang memperebutan lapangan pekerjaan. Diperkirakan harus diciptakan 30 juta lapangan pekerjaan baru setiap tahunnya jika setiap orang yang menginjak usia kerja harus memiliki pekerjaan.
  • Persaingan untuk mendapat pemukiman
Persaingan untuk mendapat permukiman yang layak. Persaingan ini terutama terjadi di daerah perkotaan yang padat, tapi tidak ada perumahan yang memadai. Dikota seperti ini, ering kita jumpai permukiman kumuh.
  • Kesempatan pendidikan
Dengan makin banyaknya bayi yang lahir setip tahunnya, tentu makin banyaknya diperlukan fasilitas sekolah dan guru yang memadai. Negara miskin, mungkin tidak bisa memenuhi fasilitas pendidikan. Sebagai hasilnya, tidak setiap anak memiliki kesempatan untuk bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang memadai.

*Opini:
Masalah-masalah di atas dapat di kendalikan dengan adanya program KB. Karena dengan adanya program KB, pemerintah dapat menekan angka kelahiran sehingga dapat mengurangi ledakan penduduk.

penduduk,masyarakat, dan kebudayaan

Nama : annisa octaviany
Npm : 10110925
1) Menjelaskan Dinamika Penduduk

Jumlah penduduk pada suatu negara selalu mengalami perubahan yang disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi atau perpindahan penduduk. Perubahan keadaan penduduk tersebut dinamakan dinamika penduduk.
Dinamika atau perubahan penduduk cenderung kepada pertumbuhan. Pertumbuhan penduduk ialah perkembangan jumlah penduduk suatu daerah atau negara. Jumlah penduduk suatu negara dapat diketahui melalui sensus, registrasi dan survei penduduk. Jumlah penduduk Indonesia sejak sensus pertama sampai dengan sensus terakhir jumlahnya terus bertambah. Sensus pertama dilaksanakan pada tahun 1930 oleh pemerintah Hindia Belanda. Sedangkan sensus yang pernah dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990 dan yang terakhir 2000. Sensus di Indonesia dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan waktu pelaksanaan sensus di Indonesia diadakan sepuluh tahun sekali.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dinamika Penduduk

Jumlah penduduk dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu yaitu bertambah atau berkurang. Dinamika penduduk atau perubahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu :

  • Kelahiran (natalitas)
  • Kematian (mortalitas)
  • Migrasi (perpindahan)
*SUMBER SUB MATERI BLOG
http://mgmpipsbanyumas.net46.net/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=90


*STUDY KASUS SUB MATERI 1


*SUMBER STUDY KASUS SUB MATERI 1


*OPINI



2. Tiga Pyramid Penduduk


Ada tiga jenis struktur penduduk :

   1. Piramida Penduduk Muda Bentuk Limas (Expansive)
   2. Piramida Stationer Bentuk Granat
   3. Piramida Penduduk Tua Bentuk Batu Nisan (Constructive)


*SUMBER SUB MATERI BLOG

http://mgmpipsbanyumas.net46.net/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=90

*STUDY KASUS SUB MATERI 2

*SUMBER STUDY KASUS SUB MATERI 2

*OPINI



3. Penjelasan 3 Pyramid Penduduk

Berdasarkan komposisinya Pyramid penduduk dibedakan atas :
- Pyramid Penduduk Muda, yaitu penduduk dalam pertumbuhan, alasannya lebih besar dan ujungnya runcing, jumlah kelahiran lebih besar dari jumlah kematian.
- Pyramid Penduduk Tua, yaitu piramida pendduk yang menggambarkan penduduk dalam kemunduran, pyramid ini menunjukkan bahwa penduduk usia muda jumlanya lebih kecil dibandingkan dengan penduduk dewasa, hal ini menjadi masalah karena jika ini berjalan terus menerus memungkinkan penduduk akan menjadi musnah karena kehabisan. Disini angka kelahiran lebih kecil dibandingkan angka kematian.
- Pyramid Stasioner, disini keadaan penduduk usia muda, usia dewasa dan lanjut usia seimbang, pyramid penduduk stasioner ini merupakan idealnya keadaan penduduk suatu Negara.

*SUMBER SUB MATERI BLOG

http://windysukmawan.blogspot.com/search/label/2.%20Tugas%20Materi%20Ilmu%20Sosial%20Dasar%20BAB%20II

*STUDY KASUS SUMBER MATERI 3


*SUMBER STUDY KASUS SUB MATERI 3

*OPINI